Mana Kamu Tau
Mana kamu tau, rasanya jadi aku...
Mana kamu tau, kemana perginya air mataku...
Mana kamu tau, semua perihku....
Mana kamu tau, tiap malam kusebut kamu dalam doaku...
Kamu hanya tau kelemahanku...
Tak lagi kerap sebut lebihku...
Mana kamu tau, ini untukmu...
Mungkin memang tak perlu tau...
Helai-Helai Maaf
Kulepaskan merpati-merpati rindu, terbang beriring menuju sangkar hatimu...
Titipkan kecup hangat dan helai-helai maafku...
Aku yang salah, lupa meninggalkan getirku di belakang...
Dan kini terpercik ke bahagiamu...
Teringat bahwa kaulah sang penyelamat...
Saat duniaku gelap pekat...
Pelita kau suguhkan di genggaman...
Kau lepaskan di pangkuan...
Sejuk embun kau teteskan...
Membentuk telaga di relung yang terlupakan...
Aku yang salah, lupa padamkan bara dari masa kelam...
Dan kini t'lah menyulut kanvas yang kau gurat indah dengan warna-warna cerah...
Lekas kurengkuh embun darimu...
Kuhempaskan semua pada masa laluku...
Agar luruh getir itu, padam bara itu...
Hanya tinggal kau dan aku...
Naskah Usang
Dan aku makin dalam tenggelam, makin rapuh terjatuh...
Belum selesai semua kutulis,kau lebih dulu bubuhkan kata "tamat"...
Padahal telah kucoba merajut kata satu persatu dalam kalimat, membentuk alinea-alinea,
Dan kupersembahkan sebagai sebuah cerita...
Itu halaman kotormu, tetap berusaha kubaca!
Dan ini punyaku, mengapa kau tutup mata...
Jika menurutmu semudah itu bersihkannya, maka coba hapuslah...
Lakukan pada lembaranmu dulu...
Kini lihat hasilnya, inilah gumpalan kertas kumal yang seharusnya indah bercerita...
Jadi tak lebih dari onggokan sampah di sudut ruang kita...
Sang tokoh utama telah pergi, bersama dengan hati penulisnya..
Di Tepian Palung
Air mata turun satu-satu, menetesi palung terdalam, mengisinya perlahan..
Entah apa yang ditutupinya, entah akan jadi apa..
Biarkan saja menggenang..
Aku menantinya penuh, agar kudapat menyelaminya,memahami hikmahnya..
Berharap lakukannya berdua..
Oh, sudahlah...
Masih jauh di dalam, aku tetap menanti di tepian...
Air mata masih berebut menggenanginya...
Sampai kapan...??
Pundakku mengharap sebuah tepukan, hingga kini tak kunjung datang..
Aku pun bertahan di tepian..
Bila sendiri aku takut tenggelam..
Baru seperempat...
Ah, masih banyak waktu, aku terus menunggu...
Bila tak kunjung kurasa tepukanmu, baiklah,kuselami sendiri palung itu..
Racik dan Nikmati Kopi Anda... :)
"Ini hanya sebuah penegasan..."
Ada kalanya seseorang begitu terpuruk.
Ada kalanya mereka sudah tidak mampu lagi menerima apa yang sudah seharusnya mereka terima...
Pada saat ini, tak sedikit manusia yang melahap semua kebohongan-kebohongan manis hanya untuk memulihkan lukanya...
Ini kenyataan...:)
Saya tidak pernah menyalahkan...:)
Saya menulis semua ini, bukan berarti saya tidak pernah melakukan hal yang sama dan saya yang paling benar..:)
"Ini hanya sebuah penegasan..."
Sudah jelas, tidak ada orang yang suka dibohongi...
Coba saja tanyakan pada orang-orang, tentunya sebagian besar akan memilih kenyataan yang pahit daripada dusta yang manis...
Realitanya? Silahkan lihat sendiri... :)
Karena sesungguhnya kita tidak sadar kita telah membohongi diri sendiri dengan mengesampingkan firasat kita bahwa kita telah dibohongi...
Karena sesungguhnya kita terlalu peduli dengan apa yang diucapkan orang lain, sehingga tidak peduli dengan apa yang diucapkan hati kecil kita sendiri... :)
Saya pun kini belajar...
Saya umpamakan kenyataan pahit tersebut adalah secangkir kopi panas tanpa gula, semuanya tergantung kita...
Apa kita akan menelannya bulat-bulat, membiarkan lidah dan tenggorokan berontak?
saya tau jawaban anda :)
Mengapa tidak kita tambahkan gula sedikit demi sedikit sembari mengaduk pelan kopi pahit tersebut...
perlahan tapi pasti tentu kita akan mendapatkan secangkir kopi hangat yang sungguh nikmat..:)
Sekarang bandingkan dengan secangkir kopi yang terlalu manis...
Apa yang anda lakukan untuk mendapatkan rasa yang pas?
Menambahkan air? Menambahkan kopi?
Tentu tidak semudah menambahkan gula sedikit demi sedikit dalam kopi pahit bukan? :)
"Menambahkan sesuatu pada sebuah kekurangan dan menjadikannya lebih baik, biasanya lebih mudah dari menghilangkan sesuatu yang sejak awal sudah berlebihan"
Kesimpulan:
"Jangan takut untuk menerima sebuah kenyataan hanya karena itu tak sesuai harapan, berusahalah untuk menambahkan sesuatu yang manis di dalamnya dan menerimanya perlahan-lahan... :)"
Mulai sekarang ambil cangkir kopi anda, tak peduli sepahit apa rasanya...
Karena anda adalah BARISTA hidup anda... :)
Racik dengan segala bahan yang anda punya dan hirup perlahan dengan penuh nikmat...:)
dEscha
Satu Tetes yang Menjernihkan :)
Inspirasi ternyata dapat datang kapan saja..:)
Seperti malam ini ketika saya menuangkan susu pada gelas berisi cola, untuk membuat cola susu tentunya, saya melihat putihnya susu yang perlahan berpadu dengan pekatnya cola dan mulai berpikir.
Pernahkah anda amati, apabila anda mencampur kopi atau cola dengan susu seperti yang saya lakukan, atau bahkan cat hitam dengan cat putih, hanya butuh sedikit elemen warna putih untuk membuat kopi,cola atau cat tersebut memudar warnanya.
Tidak sampai melebihi banyak elemen warna hitamnya.
Sedangkan, untuk membuat sesuatu yang berwarna putih menjadi hitam pekat, kita akan membutuhkan elemen hitam yang lebih banyak dari elemen putih tersebut untuk dapat menutupinya dengan sempurna.
Sampai di sini mungkin anda masih belum mengerti apa yang sebenarnya saya bicarakan.. :)
Let me tell you what's inside my mind... :)
Dari fenomena tersebut, saya menarik kesimpulan bahwa sepekat apapun kehidupan kita, sepekat apapun hati kita, setetes kebaikan pun sudah mampu membuat kepekatan itu pudar.
Apalagi kalau kiat mampu menuangkan lebih banyak. :)
Dan sesungguhnya membuat hati yang putih bersih menjadi hitam pekat adalah hal yang lebih membebani daripada menjernihkan hati yang keruh.
Hanya saja kita sulit untuk menyadarinya... :)
dEscha
Behind the words...
- Descha Sasta Vyana
- I'm just an ordinary girl with unordinary way of thinking. I have lot of imaginations, I even live in my own world. And these are some slices of my unique life...
Recent Comments